Sabtu, 09 Januari 2016

DARI KAMPAU KE NANING




Mr.Francis Light adalah orang Inggris pertama yang menduduki Pulau Penang di Selat Melaka. Pulau ini disebut juga Pulau rinces of the Wales.Ia menikah dengan Puteri Raja Kedah.Menurut dia, asal usul Orang Melayu adalah dari  Selat Melaka. Namun sebenarnya adalah para petualang dari Sumatera yang terbentuk melalui  Exodus Orang Pattani dan Siam.Kedatangan Ninik yang ke empat di Hulub Kampar, yang kemudian dikenal dengan gelar adat Datuk Rajo Di Balai, tidak terlepas dari anggapan ini, walau pun penduduk asli sangat percaya dengan sejarah Kuno mereka yang bersumber dari hikayat dan legenda, tetapi bukanlah menjadi suatu bukti tentang asal usul suatu bangsa, karena sejarah di Sumatera lebih banyak bersumber kepada catatan-catatan china dan laporan penjajah Belanda, dan mereka bukanlah orang Sumatera.
Patut di ingat, bahwa perkembangan orang Melayu di Sumatera di dalam Abad ke XI, tidak terlepas dari exodus orang Melayu di Selat Malaka, ketika Tumasik didirikan orang-orang Melayu dari Palembang yang kemudian menyebar ke wilayah pesisire trimur selat Melaka. Dalam perkembangan yang tidak lama , wilayah ini didiami berbagai Ras Orang Siam mendiami bagian Utara dan bagian pedalaman sebelah utara di huni oleh orang Pattani, yakni camuran orang Melayu dan Orang Siam. Dibeberapa tempat mereka bercampur dengan orang Bugis, mendekati wilayah Selangor. Orang-Orang Minangkabau di semenanjung Malaya dinamai dengan Suku menurut daerah asal mereka. Di pedalaman Melaka, menurut William Marsden, ada satu kerajaan bernama Rembou yang menerima langsung sistim pemerintahan dari Minangkabau. Berkemungkinan apa yang disebut Rembou adalah termasuk dalam wilayah Negeri Sembilan ketika ini. Di wilayah itu, masih menurut William, mereka mempunyai bahasa dengan dialek khusus. Mereka mengganti  a/ dengan o/ atau ar/ dengan au/ serta  r/ menjadi ou/ atau r menjadi gh.. di ujung kata.  Seperti dalam kata amba menjadi ambo, atau Kampar menjadi kampou...Orang menjadi Ughang.dst. Istilah Rembou, adalah karena disana pemukiman penduduk asli memakai atap dari daun Rembou ( Rumbio, sejenis Palem) yang tumbuh di rawa-rawa muara Sungai.
Dalam hal Migrasi orang Melayu ke selat Melaka, dapat dibuktikan dari beberapa tulisan para ahli sebelumnya, antara lain;  Buku Taju Assalatin, atau Makuta segala raja-raja,  dan Sulalat Assalatin, atau penurunan Segala Raja-Raja, pola migrasi yang diuraikan dalam Maleishe spraak Kunst, tulisan G.H. Werndly, terdaftar dalam Malayan authors. Atau dalam Asiatic Researches Volume X, lihat Dr.Leyden dalam buku, The Langguage and literature of the Indo – Chinesse Nations.
Berbagai sumber ini menunjukkan bahwa pola migran orang Melayu ke semenanjung Melaya di masa yang lalu adalah dari Selatan sumatera. Sebagaimana juga disebutkan dalam bagian tulisan saya sebelumnya, bahwa moyang Orang Minangkabau bermula dari keruntuhan wangsa Syailendra di Palembang yang kemudian gagal  menundukkan Srilangka dan kembali ke Kedah. Dalam perjalanan kembali ke Kedah, ia meninggal di kota Nakon, yang sampai Hari ini namanya diabadikan di Sritamarat, sebuah nama kota di pesisir Timur Teluk Benggala, yang bagian utaranya di duduki orang Siam. Percampuran orang Melayu dengan Orang Siam di sini sangat mungkin terjadi dan melahirkan koloni yang disebut Pattani.Negeri Pattani mempunyai sejarah yang cukup lama, jauh lebih lama dari negeri-negeri di semenanjung Melayu seperti Malaka, Johor dan Selangor. Sejarah  Pattani merujuk kepada kerajaan Melayu Tua .meliputi daerah pantai timur semenanjung, mulai dari Senggora, Pattani, Kelantan sampai ,Terengganu, termasuk juga kawasan utara negeri Kedah. Orang Melayu di Pattani, berasal dari Sumatera.
Perjalanan ke Pattani, tidak saja menempuh jalur maritim di pantai Timur Sumatera .tetapi juga melalui kaum migran Minangkabau. Seperti terlihat dalam sumber-sumber Sejarah Lisan Minangkabau dan Tambo, bahwa asal usul nenek Moyang orang Minang salah satunya dari  Singuntang Mahameru. Wilayah ini adalah adalah gunung yang terdapat di Selatan Sumatera yang dalam abad ke X dikuasai Raja-Raja di Gunung wangsa Syailendra, dinasti raja-raja Indra.Francis Light mengibaratkan bahwa asal usul orang Melayu sama seperti orang lain, Setiap Raja adalah keturunan dari para Dewa dan orang-orang yang muncul dari lautan. Pernyataan ini, indentik dengan uraian sumber-sumber lisan, sejarah kuno Minangkabau yang kemudian dibuktikan secara empirik, bahwa Raja yang dimaksud adalah Maharaja Indra, yang disusul kemudian oleh putra Raja Chola, Sangsapurba dalam tahun 1030M. Nama yang terakhir  ini menaklukan juga kerjaan Panai tahun 1030-1032M melalui Kampar dan kemudian Kawin dengan putri Suri Dirajo 1038M.Merekalah yang disebut sebagai asal usul dua Tokoh Legendaris pencetus adat Minangkabau Datuk Perpateh Nan sebatang dan Datuk Ketumanggungan.
Dalam Kronik sejarah Raja-Raja Tumasik dapat diketahui bahwa di wilayah Gunung Mahameru terjadi perubahan kekuasaan antara pemimpin suku asli  Demang Lebar Daun, masih dalam keluarga Syailendra  dengan Tribuana Tungga Dewa. Akibat perseteruan itu,Dalam Tahun 1160  Demang lebar Daun telah pindah ke Semenenjung Melaya dan mendirikan wilayah pemukiman baru di Tumasik ( Singapura Sekarang) Sementara itu, masyarakat Melayu asal Minangkabau yang berniaga antara Kampar,Koto Lamo, Patapahan telah lebih dahulu meneroka negeri di pedalaman Semenanjung Melaya dalam wilayah kuasa kerajaan Rembou seperti diungkapkan William Marsden.Wilayah dimaksud adalah Muara sungai Linggi yang ketika itu masih banyak terdapat kubangan Gajah. Orang-orang Minangkabau menyebutnya ALUR GAJAH ( tempat lalu rombongan Gajah).Perubahan konsonan U/ menjadi O/ dan sampai saat ini tetap disebut kota ALOR GAJAH.Di wilayah pesisir barat Semenanjung Melaya.
Tidak dapat di ingkari bahwa antara tahun 1088 M karena wilayah Panai penghasil Kamper, telah di kuasai oleh Sri Maharaja dari Chola yang masuk dari Hulu Kampar setelah mendirikan negeri Mungkal, sementara sumber emas di wilayah Padang Lawas,Tapanuli Selatan, dan termasuk juga selingkar Gunung Gadang menjadi Basis Maharaja Indra, maka lalulintas perniagaan pun menjadi  berpindah antara sungai Barumun di utara ke wilayah Rokan dan Kampar. Perhubungan ini menjadi lebih mudah karena memiliki wilayah transit yang banyak, antara Koto Lamo, melewati sungai Lolo,menyusuri anak Sungai Batang Limpasi,untuk sampai ke Simelenggang dan Mungkal. Wilayah ini dialiri oleh Sungai Sinamar yang bermuara ke Hulu Kampar. Perlu diketahui bahwa semua anak-anak sungai di kawasan ini, akan bermuara ke Hulu Kampar dimana hasil –hasil hutan dari pedalaman Minangkabau dimuat disitu.Tempat transit ke Hulu Kampar dari  Sungai Lolo, di Utara. Dari Buo dibagian Selatan, dan dari Batu Hampar dibagian Barat, akan bertumpu di satu negari yang disebut Nagari TIGO BATU.
Francis Light warga Orang Inggris pertama yang mengenal suku Melayu di Penang, adalah suami putri Raja Kedah yang sebelumnya pernah ditaklukan oleh Chandra Banhu, ayah Maharaja Indra. Dari hubungan ini, sangat mungkin bahwa Francis Light amat mengenal watak perantau orang Melayu yang disebutnya sebagai Petualang. Istilah yang digunakan sebagai petualang sangatlah mungkin, apabila dicermati bahwa untuk keluar dari Muara Kampar, mesti melalui sebuah kampong yang bernama Bono , disitu diwaktu tertentu akan ada ombak sungai yang besar berlawanan arah.Untuk melayari sungai Kampar dan sampai ke Selat Melaka di masa dahulu bukanlah hal yang mudah, oleh itu diperlukan pengetahuan khusus navigasi sungai dan mengetahui waktu-waktu tertentu adanya Gelombang Sungai yang disebut Bono. 

Gelombang terbesar terjadi di Tanjung Perbilahan, yang terbentuk karena bertemunya Bono yang sudah terbentuk di kanan-kiri Pulau Muda. Kedalaman sungai di sekitar terjadinya ombak Bono tidaklah dalam, hanya sekitar 1-2 meter dengan bagian-bagian alur tertentu yang mempunyai kedalaman 10-15 meter untuk alur lewat jalur transportasi kapal. Hanya saja alur dalam tersebut selalu berpindah-pindah akibat pergeseran dasar sungai karena adanya ombak Bono.  Yang bisa mencapai ketinggian 4-5 meter dengan ditandai sebelumnya dengan suara gemuruh yang hebat.Sehingga, bagi kapal-kapal yang mau melewati daerah ini untuk keluar dari Kuala Kampar harus menggunakan orang yang menjadi pengarah  yang ketika ini disebut "tekong" untuk menunjukkan alur yang bisa dilewati kapal.  
Gelombang itu merupakan salah satu peristiwa alam. Terjadinya sebuah gelombang besar yang layaknya terjadi di tengah laut, namun ini terjadi di sebuah sungai air tawar. Akibat benturan tiga arus air yang berasal dari Selat Melaka, Laut Cina Selatan dan Aliran air Sungai Kampar. Akibat benturan ini, menjadikan gelombang air di muara sungai Kampar membesar
Namun begitu Orang-orang dari Pedalaman Minangkabau, dari Simelanggang, Mungkal,  yang akan melayari Sungai Kampar di Zaman dahulu, sebelum adanya orang yang disebut “ tekong”  telah melalui Ombak Bono. Mereka terlebih dahulu berkumpul di wilayah TIGA BATU, dari tempat ini biasanya akan menunjuk satu orang pemimpin yang memiliki pengetahuan khusus tentang Ombak Bono . Orang yang demikian dijuluki LAKSAMANA. Sekaligus diangkat sebagai seorang pemimpin bergelar Datuk di wilayah transit TIGO BATU..
Dahulu, Orang sering ditantang dan diuji ketangkasannya dengan menunggangi gelombang bono. Siapa yang berhasil menakklukkan gelombang yang sangat tangguh tersebut maka akan dianggap sebagai sosok yang sakti dan memiliki kekuatan terbaik. Penghulu demikianlah yang akan menjadi pimpinan dalam ekspedisi Niaga dari pedalaman Minangkabau sampai Semenanjung Melaya
William Marsden dalam hal ini, telah membuktikan bahwa hubungan perniagaan antara pedalaman sumatera, orang Minangkabau ke semenanjung melaya telah berlangsung sebelum tahun 1160. Selain itu, sejarah Putri Saadong dari wilayah Pattani, justru memastikan hubungan antara negerinya dan Minangkabau telah bermula sejak tahun 1100 M. Dari kedua kenyataan itu saya berkesimpulan bahwa percampuran antara orang Siam dan orang Melayu dari keturunan kelompok Syailendra telah berlansung selama kurang lebih 60 tahun lamanya untuk selanjutnya berkembang ke arah semenanjung Melaya bagian selatan seperti di buktikan william Marsden pada tahun 1160M.

Lalulintas perniagaan antara Semenanjung Melayu dan Minangkabau seperti diatas membawa pengaruh disepanjang aliran Sungai Kampar.  Ombak  Bono, akan memilih waktu yang tepat dan aman. Pemilihan waktu seperti ini menghendaki adanya satu wilayah transit yang baru di sepanjang sungai. Mungkin dengan alasan ini, muncul kawasan transit baru yang disebut Palalawan sambil menunggu air sungai menjadi tenang untuk dapat meneruskan perjalanan ke Muara. Ketika itu hanya ada satu Penghulu andiko Adat dari Mungkal yang menetap di Kampar Kanan, bergelar Datuk Rajo Kondai yang menduduki wilayah negari Durian Tinggi. Dari situ juga dapat ditempuh perjalanan sungai ke Muara Kampar .Dalam kondisi yang demikian perkembangan wilayah ke Kampar kiri dibentuk 40 orang Andiko melengkapi penghulu andiko yang sudah ada dengan satu orang penghulu tertingginya bernama Datuk Rajo Di Balai. Dengan begitu posisi di wilayah kampar, memiliki 1 orang pimpinan tertinggi dan 44 orang penghulu andiko. 4 orang diantaranya bertempat tinggal di Kampar.
Sementara itu, di dalam masa yang bersamaan antara tahun 1050 – 1160M, yakni selama 110 tahun lamanya, penduduk di Pariangan anak cucu Srimaharaja dan Indo Jolito telah berkembang. Perkembangan ini, dalam bentuk uraian yang tersendiri akan di perinci pada kesempatan yang lain.Namun demikian, seperti diketahui bahwa pola pemimpin kaum di Minangkabau adalah pemimpin adat yang dipimpin seorang penghulu adat. Orang-orang Mandailing dan Chaniago yang sampai ke wilayah Merapi telah membentuk koloninya sendiri. Dalam sistim kaum yang dipimpin seornag penghulu bernama MOGEK. Kaum ini mengusai perniagaan Lada di wilayah pedalaman yang ikut berniaga ke Palalawan , Kampar, dan terus ke Semenanjung Melaka, melalui sungai Sinamar, Buo dan Gobah.Dari situ, mereka telah bergabung dengan rombongan yang ada di TIGO BATU. Sebelum masuk wilayah Pangkalan Koto Baru.
Adalah amat menarik di simak, bahwa sistim perniagaan yang demikian telah berlansung sampai tahun 1208 M ke wilayah Semenanjung Melaka. Dari Muara Kampar Menyeberangi Selat Melaka dan memasuki muara sungai Linggi untuk seterusnya menyusuri anak Sungai dan menetap di Rembou. Barang-Barang Niaga di perdagangkan di tumpuk disana. Sebelum di niagakan kePusat perniagaan Tumasik.
Orang Tumasik ketika itu di pimpin Turi Buana.Merupakan bandar perniagaan yang ramai ( kini Singapura).Namun Para penggantinya kemudian, sampai kepada Raja Iskandarsyah tidak dapat mempertahankan Tumasik dari serangan Raja-raja Majapahit.Dalam Tahun 1252M  Iskandarsyah menyingkir ke pesisir Utara Semenanjung Melaya dan kemudian mendirikan negeri MELAKA, Ia menamakan negeri itu Melaka karena disana banyak tumbuh pohon Melaka ( Myrabolanum) dan meninggal di sana pada tahun 1274.M. Ia digantikan oleh Megat, seorang pemimin dari Tanah Minang yang hanya berkuasa selama 2 tahun saja. Malaka kemudian, dalam tahun 1276M dipimpin raja Islam yang pertama, Sultan Muhammadsyah. Sementara Megat telah berundur ke sebuah kawasan pedalaman dekat Rembou, dengan menamakan negri itu UJUNG TANAH.
Seperti di ungkapkan Prof.Dr.Slamet Mulyana dalam bukunya Sejarah Sriwijaya, bahwa kebiasaan Orang Melayu dalam menempati tempat baru ialah dengan memberi nama temat baru itu dengan tempat darimana ia berasal. Mungkin dengan anggapan demikian, kita dapat mengerti bahwa yang di maksud Ujung Tanah di Melaka, sama asalnya dengan Ujung Tanah di tanah asalnya. Ketika kita melihat tanah asal Megat Pagaruyung, maka perlu di lihat dimana sebetulnya Ujung Tanah yang dimaksud.
Bahwa berdasarkan sumber-sumber Lokal di Minangkabau, Gunung Sahilan terletak di wilayah Kampar kiri, dalam rentang kendali andiko 44 Kampar.Wilayah ini mempunyai pertalian dengan negeri Kuntu, Lipat Kain, Muara Lembu dan terus ke hulunya di negeri Unggan, bersempadan dengan negeri Singinggi dan Si Bayang atau Payung Sekaki. Walaupun penduduk disini berasal dari Kampar Kanan, tetapi ia berada dalam hubungan patrilinial ke Bukit Batu Patah, Godam. Orang Mandailing yang ada di sana, berhubungan langsung dengan Tanjung Bungo, Mbonang. Mereka menyebut Ber Ujung Jumbai ke Tanah Mati, Berujung Tanah ke Naning Alor Gajah dan Rembau. Menjadi  jelas disini, apa yang disebut Ujung Tanah, adalah negeri Naning yang sekarang dikenal di Melaka. Pada masa itu, Simelenggang merupakan pelabuhan muat.
Saya berkesimpulan bahwa apa yang diasebut dalam Tambo Naning di Melaka, dimana perhubungan dengan wilayah Minangkabau telah Di mulai dalam tahun yang awal sekitar tahun 1200 M memiliki alasan-alasan yang kuat. Di wilayah Melaka, apa yang dimaksud Rembao, adalah wilayah adat Rembaw, yang ketika ini masih mengamalkan adat Perpateh dalam kawasan kerajaan Negeri Sembilan. Megat, kemudian telah berkembang menjadi kaum di Naning, dan menjadi Datuk Penghulu Naning yang Pertama.